"Tidak ada pemberian orang tua kepada anak yang lebih utama dari pada pendidikan yang baik" (HR at Tirmidzi)

Senin, 11 Januari 2016

Kiat Pendidikan Islami Sejak Dini pada Anak


Anak adalah amanah yang diberikan Allah Swt pada para orang tua. Karenanya, orang tua berkewajiban mengasuh, mendidik, melindungi dan menjaga amanah Allah itu agar menjadi generasi muslim yang bukan hanya sukses di dunia, tapi juga di akhirat kelak. 
Dalam keseharian, para ibulah yang memegang peranan penting dalam pengasuhan dan pendidikan putra-putrinya. Pernahkah para ibu merenungkan sejauh mana peranan yang mereka mainkan akan berpengaruh dalam perjalanan hidup si anak? Kita semua tahu bahwa semua perbuatan manusia selama di dunia dicatat dalam sebuah buku yang akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. Begitu pula anak-anak kita kelak, dan isi catatan buku mereka selama di dunia sangat tergantung dengan bagaimana cara kita mendidik mereka, apakah kita menerapkan pola pengasuhan dan pendidikan yang cukup Islami.
Sebagai contoh, apakah anak-anak kita sekarang sudah memahami tentang hubungannya dengan Sang Pencipta? Nasehat apa yang akan kita berikan pada anak-anak ketika kita menjelang ajal, sehingga ketika kita dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt tentang anak-anak kita, kita mampu menjawab, "Ya Allah, aku membesarkan anak-anakku dengan ihsan (sempurna) semampu yang saya bisa, agar taat dan tunduk pada ajaran-Mu."
Di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini. Tugas mendidik, menjaga dan melindungi anak dari pengaruh buruk arus globalisasi dan modernisasi, bukan perkara yang ringan. Bekal pendidikan dari sekolah berkualitas, menanamkan rasa tanggung jawab dan disiplin serta moral tidak cukup, jika tidak diimbangi dengan bekal pendidikan agama yang baik.
Bekal pendidikan rohani yang harus para ibu tanamkan sejak dini adalah membangun keyakinan yang kuat dalam hati mereka tentang ke-esa-an Allah Swt, mengajarkan rasa cinta yang besar pada Nabi Muhammad Saw dan mengajarkan mereka nilai-nilai serta ketrampilan yang akan bermanfaat bagi kehidupan mereka saat dewasa nanti.
Sejak dini, tanamkan pada diri anak-anak tentang konsep Tiada tuhan Selain Allah. Allah tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Selalu mengingatkan pada anak-anak bahwa Allah Mahatahu apa yang ada di bumi dan di langit, agar anak-anak selalu menjaga ucapan dan tindakannya. Beritahukan pada anak-anak, apa sesungguhnya tujuan hidup ini dan arahkan mereka agar tetap fokus dan memiliki visi yang jelas tentang konsep hidup.
Itulah tantangan bagi para ibu untuk menghasilkan generas-generasi muslim yang hebat dan bermanfaat bagi umat. Generasi yang tidak hanya cerdas intelektual tapi juga cerdas dari sisi sosial, emosi dan spiritual. Tentu saja untuk melakukan itu semua, para ibu harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk mendidik dan berinteraksi dengan anak-anak. Tips-tips berikut bisa menjadi acuan bagi para ibu dalam menerapkan pola asuh dan pendidikan bagi anak-anak di rumah, agar menjadi generasi yang Islami:
1. Setiap anak itu unik
Kita harus memahami bahwa setiap anak terlahir unik. Pahami bahwa setiap anak lahir sebagai individu yang mewirisi kualitas kepribadian yang berada di luar kendali orang tua. Itulah sebabnya, orang tua harus mampu mengidentifikasi karakteristik yang unik dan perilaku anak-anak kita, tanpa harus mencetak dan mendorong anak-anak ke arah yang orang tua sukai. Jika kita memahami hal ini, kita akan memberikan pengasuhan, bimbingan dan dukungan yang anak-anak butuhkan untuk melengkapi potensi yang telah Allah berikan pada mereka.

2. Membangun dan menanamkan tentang kasih sayang Allah Swt pada anak-anak
Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" (Surat At-Tahrim;6). Tanamkan pada anak-anak bahwa tentang kecintaan dan keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi adalah atas kehendak Allah. Ajarkan mereka selalu mengucapkan "La illaha illah Allah; jika anak meminta sesuatu, katakan pada mereka untuk berdoa, meminta pada Allah karena Allah yang memiliki segala sesuatu. Ajarkan kecintaan pada Allah saat santai dan berbincang-bincang dengan anak, agar mereka mudah memahami mengapa manusia beribadah, harus taat dan melaksanakan ajaran-Nya.
3. Salat
Rasulullah Saw berkata, "Ajarilah anak-anakmu salat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan ketika mereka berusia sepuluh tahun, hukumlah jika mereka melalaikan salat.". Orang tua harus membiasakan mengajak anak salat tepat waktu. Jadikah salat berjamaah sebagai kebiasaan dalam keluarga, bahkan jika anak masih di bawah umur, tak ada salahnya selalu mengajak mereka salat. Jika kewajiban salat sudah melekat kuat dalam diri anak, maka anak-anak akan terlatih untuk salat dengan khusyuk.

4. Kegiatan Sosial
Ajaklah anak-anak sesering mungkin untuk melakukan aktivitas sosial, berjalan-jalan ke taman, berkunjung ke kebun binatang atau museum, belajar berenang, bertaman, mengamati matahari tenggelam, dan kegiatan lainnya. Sebisa mungkin, jauhkan anak dari kebiasaan nonton tv dan isi waktu luang mereka dengan aktivitas fisik, misalnya melakukan olahraga yang mereka sukai.

5. Berkumpul dengan Keluarga
Biasakan berkumpul dengan seluruh keluarga, mendiskusikan berbagai isu yang merangsang semua anggota keluarga mengemukakan pendapatnya. Kebiasaan ini melatih rasa percaya diri anak dan kemampuannya bicara di muka umum dan akan mengakrabkan sesama anggota keluarga. Kebiasaan berkumpul ini juga bisa dilakukan dengan cara memainkan permainan yang melibatkan seluruh anggota keluarga atau memanfaatkan waktu makan, dengan membiasakan makan bersama.

6. Membangun kesadaran pada anak-anak akan pentingnya kebersihan dan menjaga lingkungan hidup
Kesadaran ini harus dimulai dari rumah sendiri, dengan melibatkan anak-anak dalam urusan pekerjaan rumah. Mintalah anak memilih pekerjaan rumah apa yang bisa ia lakukan, apakah menyapu, mengepel, mencuci piring, untuk membantu meringankan tugas ibu di rumah.

7 Komunikasi
Komunikasi adalah ketrampilan yang paling penting yang akan dipelajari anak-anak. Bicaralah pada anak sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Rasulullah Saw mencontohkan, saat bicara dengan anak-anak menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas sehingga anak-anak mau mendengarkan dan bisa memahami apa yang disampaikan.

8. Disiplin
Kita tahu bahwa disiplin dan pengendalian diri merupakan karakter utama seorang muslim. Kita belajar dan melatih diri tentang kedisiplinan dan pengendalian diri melalui ibadah puasa dan perintah Allah itu menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang dalam Islam. Orang tua harus menjelaskan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak-anak, dan apa konsekuensinya jika hal itu dilanggar. Tentu saja larangan itu dalam batas-batas yang wajar. Misalnya, orang tua tidak melarang anak nonton tv sama sekali, tapi memberi batasan berapa lama anak boleh nonton televisi, misalnya cuma 30 menit. Orang tua juga harus menepati janji jika menjajikan sesuatu pada anak, karena jika tidak, anak akan menganggap orang tuanya tidak bisa dipercaya.

9. Rutin
Membiasakan anak-anak melakukan tugas-tugasnya dengan rutin, misalnya salat tepat waktu, membaca dan menghapal Al-Quran, membaca hadis, membiasakan membaca doa-doa Rasulullah sebelum tidur, beramal meski cuma dengan senyum, dan kebiasaan lainnya yang akan menjadi kegiatan rutin bagi anak kelak.

10. Memberikan Teladan yang baik
Rasulullah Saw. adalah teladan terbaik bagi kaum Muslimin. Bacakanlah kisah-kisah tentang Rasulullah Saw, pada anak-anak agar anak-anak mengikuti Sunah-Sunahnya dengan rasa cinta. Bacakan pula kisah-kisah tentang para nabi, sahabat-sahabat Nabi, dan pahlawan-pahlawan dalam sejarah Islam sehingga tumbuh rasa cinta anak pada Islam.

11. Melakukan perjalanan yang menyenangkan
Perjalanan yang menyenangkan bersama keluarga tidak harus selalu mengunjungi tempat-tempat wisata, tapi bisa juga mengunjugi masjid-masjid lokal. Kunjungan ke masjid sekaligus mengajarkan anak tentang bagaimana etika berada di dalam masjid dan menumbuhkan rasa cinta pada masjid, terutama bagi anak lelaki. Selain masjid, ajaklah mereka berkunjung ke tempat-tempat bersejarah Islam agar mereka tahu warisan-warisan budaya dan sejarah Islam.
Tips-tips di atas cuma menjadi acuan bagi para orang tua, khususnya para ibu untuk menanamkan pendidikan yang Islami sejak usia dini. Tentu saja ikhtiar ini harus didukung oleh doa orang tua yang tak putus-putus untuk anak-anak mereka, agar harapan akan anak-anak yang bertakwa pada Allah Swt terkabul. (ln/Khafayah Abdulsalam-ProdMuslim)

Sumber : www.eramuslim.com 

Share:

Sabtu, 09 Januari 2016

Menjadi Pintar dengan Tetap Fun

Tanpa dipusingkan Ujian Nasional (UN), sejumlah anak tetap bisa memiliki ijazah hingga SLTA. Mereka juga tetap bisa pintar dan terpelajar tanpa perlu berangkat ke sekolah. Salah satunya adalah Minuk. Setiap pagi, Minuk kini tidak perlu lagi terburu-buru mandi. Ia juga tidak harus menyantap sarapan dengan tergesa-gesa. Meskipun hari itu bukan hari libur, gadis 17 tahun itu bisa santai karena tidak harus berangkat ke sekolah. Minuk bukan dari kalangan miskin yang tidak bisa sekolah karena masalah biaya. Gadis bernama lengkap Eka Putri Dutasari adalah putri sulung Seto Mulyadi.

Dialah Ketua Komnas Anak yang akrab disapa Kak Seto yang tentu saja sangat dikenal masyarakat. Soal biaya pasti bukan kendala bagi pria itu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Dulu, Minuk sempat sekolah bahkan hingga kelas I SMA. Tapi ia merasa tidak nyaman dengan sekolahannya. Bagi gadis yang aktif membantu kerja ayahnya di Komnas Anak itu, pendidikan di sekolah terlalu mengekangnya. "Sistem yang dipakai seringnya sistem tekanan guru kepada murid. Guru sering antikritik sehingga murid tidak mendapatkan rasa aman untuk menunjukkan kreativitas dan kecerdasannya," papar Minuk. Kecewa dengan sistem sekolah, Minuk pun memilih keluar. Ia merasa bisa belajar sendiri dan lebih pintar tanpa harus berangkat ke sekolah.


Ia lantas memutuskan belajar sendiri di rumah alias mempraktekkan homeschooling. Dengan sistem ini, putri sulung dari 4 bersaudara ini lebih fleksibel menentukan waktu belajar. Setiap pagi Minuk tidak lagi harus mengurus seragam ataupun menghabiskan waktu untuk menempuh perjalanan ke sekolah. Putri Kak Seto itu kini bebas menentukan jam belajar dan jenis pelajaran sendiri. Ia tidak perlu keluar rumah karena belajar bisa dilakukan di rumahnya sendiri. Untuk pelajaran yang tidak sulit, Minuk mempelajarinya sendiri didampingi sang ayah. Baru untuk pelajaran yang rumit seperti matematika atau pelajaran eksakta, Minuk memanggil guru privat atau ikut bimbingan belajar. Minuk sangat enjoy dengan sistem pendidikan di rumah. Beda dengan sekolah yang membuatnya bosan sehingga ia menunggu-nunggu waktu pulang, homeschooling justru membuatnya keenakan belajar. "Kalau di bawah bimbingan guru privat, selesainya biasanya jam lima sore. Tapi kadang-kadang dengan kurikulum yang kita ciptain sendiri malah aku keasyikan hingga lewat dari jam tersebut," jelas Minuk. Hasilnya, pendidikan di SMA yang seharusnya selesai dalam 3 tahun, bisa Minuk lewati hanya 2 tahun. Tanpa harus berangkat sekolah, Minuk dinyatakan lulus SMA. Ia juga tidak dipusingkan Ujian Nasional (UN) yang kini menjadi kontroversi. Setelah belajar sendiri di rumah, gadis 17 tahun itu mengikuti ujian kejar paket C atau setara dengan SMA. Minuk lulus dan mengantongi sertifikat Kejar Paket C. Dengan sertifikat itu, ia bersiap-siap untuk mendaftar di Perguruan Tinggi. Di Indonesia, homeschooling memang belum umum. Padahal jenis pendidikan ini sudah diterapkan oleh tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantoro sejak zaman penjajahan Belanda. Di Amerika Serikat (AS), sistem pendidikan ini diikuti lebih dari 1 juta orang.

Meski belum umum, sistem ini mulai banyak pengikutnya di Indonesia. Selain anak Kak Seto, ada juga anak Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Sofjan Djalil. Kemudian keluarga artis Neno Warisman dan Dick Doang. Ada juga keluarga biasa seperti Wanti Wowor, Helen Ongko, dan Yayah Komariah. Wanti Wowor, ibu 4 anak memutuskan mengajar sendiri anak-anaknya juga karena tidak puas dengan sistem pendidikan yang ada. Perempuan 39 tahun itu pernah melihat praktik bersekolah di rumah ketika berada di Amerika Serikat. Tahun 1992, Wanti mengeluarkan semua anaknya dari sekolah. Wanti lantas meminta teman-temannya di AS agar mengirimkan buku dan silabus kurikulum pendidikan di rumah ala AS untuk diadopsi. Perempuan itu menetapkan pukul 08.00-12.00 WIB sebagai waktu belajar di rumah. Untuk ujian, ia menerima draf soal ujian dari AS yang kemudian dikirimkan kembali untuk dinilai. Anak-anak Wanti, Fini dan Fina, sekarang duduk pada tingkat perguruan tinggi. Fini melanjutkan sekolah desain mode di Esmod Jakarta, sedangkan Fina memilih Universitas Indonesia program Internasional. Dibandingkan, mahasiswa lainnya yang bersekolah formal, Fini mempunyai kelebihan lebih disiplin dan lebih berani mengeluarkan pendapat.

Apa itu homeschooling? Pada dasarnya homeschooling sebenarnya sama saja dengan sekolah biasa. Hanya saja pendidikan ini dilakukan di rumah sehingga siswanya tidak perlu berangkat ke sekolah formal. Menurut Kak Seto yang menjadi Ketua Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Aternatif (Asahpena), kurikulum home schooling seratus persen mengacu pada kurikulum nasional yang mencakup lima materi. Yakni iptek, kewarganegaraan, keolahragaan, etika, dan estetika. Hanya metodenya saja yang berbeda.

Pendidikan di rumah dibuat seperti tamasya yang menyenangkan. "Waktunya fleksibel. Kalau ditanya kapan waktu belajarnya, dari bangun tidur sampai tidur lagi. Tempatnya di mana saja. Di mana saja bisa di kamar tidur, ruang makan, ruang keluarga, di kebun, taman, atau mungkin pabrik dan ketemu siapa saja," jelas Kak Seto. Meski fleksibel soal waktu yang kesannya seperti menggampangkan, sistem pendidikan ini mempunyai sejumlah keunggulan. Salah satunya, homeschooling lebih manusiawi dibandingkan sekolah formal. Anak tidak stres karena sistem pendidikan tidak kaku dan lebih kreatif. Selain itu, anak bisa lebih fokus mengembangkan dan menekuni minat dan bakatnya masing-masing. Anda berminat? (Kemas Irawan Nurrachman/Moehammad Samoedera Harapan)
Share:

Ayo, Puasa Enam Hari di Bulan Syawal!


Generasi Khoiru Ummah yang dirahmati Allah SWT, ramadhan telah berlalu, mudah-mudahan semua ibadah kita diterima Allah SWT. Syawalpun akan segera meninggalkan kita. Bagi yang belum mengisi syawal dengan ibadadh shaum, mari kita guakan hari-hari di akhir syawal ini, untuk mendapatkan pahala berlimpah dengan berpuasa 6 hari. Berikut keutamaannya:

Imam Abu Dawud rahimahullāh (semoga Allah senantiasa merahmatinya) meriwayatkan dalam Sunan-nya dari Abi Ayyub sahabat Nabi saw yang mengatakan bahwa Nabi saw bersabda:


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ
Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa satu tahun.
Dalam ‘Aunul Ma’būd terdapat penjelasan (syarah) terkait hadits ini, yaitu: bahwa sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal.” Hadits ini dan hadits-hadits lainnya yang sejenis adalah dalil disunnahkannya berpuasa enam hari di bulan Syawal. Ini adalah pendapat Imam Syafi’i, Ahmad, Abu Dawud dan lainnya.


Imam Nawawi dalam Syarah Muslim berkata bahwa para sahabat kami dalam madzhab Syafi’i mengatakan: “Dan yang lebih utama bahwa puasa enam hari itu dilakukan langsung setelah hari raya Idhul Fitri.” Imam Nawawi berkata: “Jika ia melakukan secara terpisah, atau menundanya dari awal Syawal ke akhir Syawal, maka ia masih mendapatkan fadhīlah (keutamaan) sunnahnya mengikuti (al-mutāba’ah), sebab hal itu termasuk dalam hadits “kemudian diikuti dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal.”


Imam Nawawi juga berkata: Para ulama mengatakan sesungguhnya puasa enam hari bulan Syawal itu sama dengan puasa satu tahun, karena satu kebaikan sama dengan sepuluh kebaikan yang sama. Dimana puasa Ramadhan sama dengan sepuluh bulan, sedang puasa enam hari bulan Syawal sama dengan dua bulan. Hadits dalam hal ini telah diriwayatkan secara marfū’ (sampai ke Nabi) dalam kitab Imam an-Nasa’i.


Al-Mundziri berkata: Imam Muslim, at-Tirmidzi, an Nasa’i dan Ibnu Majah telah meriwayatkannya.
Sungguh Allah SWT telah menetapkan melalu sabda Rasulullah saw bahwa mengikuti puasa Ramadhan dengan puasa enam hari di bulan Syawal akan mendapatkan pahala yang besar, yaitu sama dengan puasa satu tahun. Apakah Anda termasuk orang yang mengikuti sunnah ini, dengan melakukan puasa enam hari di bulan Syawal, sehingga layak memperoleh pahala yang besar ini?!
Kami memohon kepada Allah, semoga Allah menerima puasa Anda dan amal-amal kebaikan lainnya.


Sumber : www.khoiruummah.sch.id
Share:

Ibnu Abbas dan Semangat Mencari Ilmu

Imam Ibnu katsir Rahimahullah, menceritakan tentang biografi Ibnu Abbas Radiyallahu `anhu dalam kitabnya Al-Bidayah wannihayah. Beliau berkata, Ibnu Abbas Radiallahu `anhu menceritakan,” ketika Rasulullah sallallahu `alaihi wasallam wafat, aku berkata kepada seorang laki-laki anshar, marilah kita bertanya ( suatu ilmu kepada ) kepada para sahabat Rasulullah, pada hari ini mereka sangat banyak. Dia menjawab, kamu ini aneh wahai Ibnu Abbas..! Apakah engkau mengira orang-orang akan membutuhkanmu, sementara para sahabat Rasulullah berada ditengah-tengah mereka.

Ibnu Abbas berkata : Orang itu tidak berkenan maka akupun dating kepada para sahbat rasulullah dan bertanya kepada mereka. Jika aku mendengar ada hadits yang ada pada seorang sahabat dan aku tidak mengetahuinya, maka aku mendatangi rumahnya, walaupun ia sedang Istrahat di siang hari. Maka aku menghamparkan kainku di depan pintunya untuk menlindungiku dari debu yang ditiup angin. Maka ia pun keluar dan melihatku. Ia bertanya, Wahai sepupu Rasulullah..! Apa yang membuatmu dating kesini..? Mengapa engkau tidak memintaku untuk dating menemuimu..?. Aku menjawab, Tidak, aku lebih berhak datang kepadamu.. Ibnu Abbas berkata, akupun bertanya beberapa hadits kepadanya.

Ibnu Abbas berkata : Orang anshor itu berumur panjang, sehingga dia melihat diriku sementara orang-orang sedang berkumpul di sekelilingku bertanya kepadaku. Orang itu berkata, “ anak muda ini lebih mengerti daripada aku.

Ibnu Abbas berkata sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah An-Nasa`I :” aku mendapatkan kebanyakan ilmu Rasulullah itu berada di sebuah dusun dari Anshar ini. Suatu ketika, aku beristirahat siang di depan pintu salah seorang dari mereka. Jika aku menghendaki agar ia mengizinkanku masuk, pasti ia akan mengizinkan. Namun, aku melakukan ini demi mencari kerelaan hatinya.

Share:

5 Cara Menghukum Anak yang Tidak Dibenarkan dalam Islam

SEBAGAI orang tua, tentu kita pernah kesal kepada anak kita. Bukan hanya kesal, tapi juga marah. Tetapi sebagai seorang Muslim, kita punya batasan bagaimana kita meluapkan kekesalan kita kepada anak.
Misalnya, ketika memberikan hukuman. Islam sudah mengatur bahwa ada beberapa hal yang tidak boleh dilanggar ketika mara pada anak. Berikut di antaranya:

1. Memukul wajah
Rasulullah SAW melarang memukul muka berdasarkan sabda Baginda yang artinya, “Jika salah seorang dari kamu memukul, maka hendaknya dia menghindari (memukul) wajah.”

2. Menampakkan kemarahan yang sangat
Ini juga dilarang karena bertentangan dengan amalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bukanlah orang yang kuat itu diukur dengan kuatnya dia berkelahi, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.”

3. Memukul di dalam keadaan sangat marah
Dari Abu Mas’ud al-Badri, dia berkata, “(Suatu hari) aku memukul budakku (yang masih kecil) dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Akan tetapi, aku tidak mengenali suara tersebut kerena kemarahan (yang sangat). Ketika pemilik suara itu mendekat dariku, maka ternyata dia adalah Rasulullah SAW dan Baginda berkata, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Maka aku pun melempar cemeti dari tanganku, kemudian beliau bersabda, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya Allah lebih mampu untuk (menyiksa) kamu daripada apa yang kami siksakan terhadap budak ini,’ maka aku pun berkata, ‘Aku tidak akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini.”

4. Bersikap terlalu keras dan kasar
Sikap ini jelas bertentangan dengan sifat lemah lembut yang diajarkan oleh Islam sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang terhalang dari sifat lemah lembut, maka dia akan terhalang dari mendapat kebaikan.”

5. Memukul dengan benda keras sehingga berbekas
Ini juga dilarang oleh Rasulullah SAW. Sekeras-kerasnya paling hanya gunakan rotan dan tidak boleh meninggalkan cedera dan bekas pada kulit. Menghukum dengan rotan dibolehkan dengan tujuan untuk memberikan peringatan kepada anak.

Sumber : http://hsgku.sch.id/
Share:

Pencarian

Kontak

No. telp : 0812 7644 0145 / 0852 6451 1512

Email : khoiruummah.hsg@gmail.com

Alamat : Jl. Delima, Panam, Tampan, Pekanbaru, Riau

Pengumuman

belum ada pengumuman

Kategori